Senin, 19 Oktober 2015

Dunia Dongeng

Sejarah Troy yang Diangkat Ke Layar Lebar 

Troya Kota yang Hilang dari Peradaban

troy
Troy merupakan sebuah kota kuno dalam kitab Iliad, epik terkenal karangan penyair Yunani kuno Homer. Kota dan peradaban ini pernah dianggap sebagai mitos dan khayalan semata, sama persis dengan kisah-kisah tentang peradaban Atlantis dan Lemuria. Namun pandangan tersebut akhirnya tumbang, bermula setelah seorang cendekiawan Inggris, Charles McClaren, pada tahun 1822 berpendapat bahwa Troy yang dimaksud Homer kemungkinan besar berada di Turki. Dia menunjuk sebuah gundukan tanah luas yang disebut Hisarlik dekat Dardanella,yaitu sebuah kawasan di laut sempit yang menghubungkan Laut hitam dan Aegea.
Setelah itu seorang arkeolog Jerman,Heinrich Schiliemann,mulai mengadakan penggalian terhadap gundukan di Hisarlik pada tahun 1871. Baru pada 1873, Schliemann berhasil menemukan sisa-sisa sebuah kota yang sangat kuno yang ia percayai sebagai reruntuhan peradaban Troy. Selain itu,ia bersama para krunya juga menemukan harta karun emas dan perak yang ia sebut sebagai harta karun Priam, sesuai dengan legenda Raja Troy yaitu Priam yang disebutkan dalam epik karangan Homer, Iliad. Namun sayangnya, harta-harta karun tersebut malah ia selundupkan keluar Turki untuk membawanya ke Eropa. Sembilan Lapisan Kota Troy yang telah porak-poranda Pada tahun 1876, Schliemann kembali melakukan penggalian di kawasan Mycenae, Yunani. Dia menemukan apa yang dia pikirkan sebagai makam Agamemnon,seorang Raja musuh bangsa Troy dalam Epik Iliad.
The-City-Of-Troy-Nations-Historical-Heritage-Site-in-Greece
Baru pada tahun 1890-an, Wilhem Dorpfield menunjukkan bahwa gundukan di kawasan Hisarlik tersusun dari sembilan lapisan sisa-sisa kota. Dari penemuan ini bisa kita ketahui bahwa sangat tua umur peradaban Troy itu, mungkin berada satu era dengan peradaban Atlantis. Lebih lanjutnya ia mengatakan kemungkinan peradaban tersebut berakhir dengan sempurna dikarenakan kota ini dihancurkan oleh gempa bumi dan air bah dasyat yang terjadi selama sembilan kali. Setiap orang yang selamat kembali membangun di atas reruntuhan kota tersebut. Schliemann menganggap bahwa Troy yang dikatakan oleh Homer mungkin adalah Troy II (2), yaitu lapisan reruntuhan kota ke-dua dari bawah. Sedangkan menurut Dorpfield berpendapat itu adalah Troy ke-VI.
Masa Troy 5 menurut para peneliti mungkin berasal dari zaman perunggu (sekitar 3000 SM-1900 SM), sedangkan sampai saat ini belum ada penjelasan mengenai Peradaban Troy keberapakah yang dimaksudkan Homer dalam Iliad-nya. Yang pastinya peradaban tersebut mungkin benar adanya berasal dari era ke-2 / ke-3 yaitu ketika berada di zaman es 11.000-10.000 tahun yang lalu. Sekarang, teka-teki suatu peradaban yang dulunya dianggap hanyalah sebuah mitos telah berhasil dipecahkan dan ditemui kebenarannya, tinggal menunggu perkembangan dari pencarian reruntuhan terhadap peradaban Atlantis dan Lemuria.
Sumber : woamu.mangaku.net

Taman Gantung Babilonia yang Misteriu
taman-gantung-babilonia-1
Taman gantung Babylonia sempat tercatat sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Namun sayang, jejaknya selama ini sulit ditemukan. Setelah dua dekade meneliti, Dr Stephanie Dalley dari Somerville College yang merupakan bagian dari Oxford University, mengklaim berhasil menguak misteri taman yang digambarkan megah dan indah itu. Melalui risetnya, Dalley membuktikan bahwa taman megah itu memang ada sekaligus membantah bahwa taman gantung itu dibuat oleh Raja Nebukadnezar, sebagaimana yang diyakini selama ini.
Dilansir Pasthorizonspr, Selasa 26 November 2013, Dalley mengatakan taman itu telah dibuat pada awal abad ketujuh sebelum Masehi di kawasan Niniwe, Irak, sekitar 300 mil dari Babylonia pada saat itu. Taman itu dibangun oleh orang Suria (Asyiria) di Mesopotamia Utara, yang kini merupakan wilayah Irak. Pembangunan taman itu merupakan perintah dari Raja Suria saat itu, Sennacherib. Dalley mendeskripsikan, taman gantung itu merupakan taman istana yang tiada bandingannya dan sangat dikagumi banyak orang.
taman-gantung-babilonia-2
“Ada keajaiban pada bangunan tingkatan sekrup air yang dibuat dengan menggunakan metode pengecoran perunggu,” kata Dalley. Sebuah penggalian di dekat wilayah Nineveh baru-baru ini menemukan saluran air dengan jejak tulisan yang menunjukkan kemasyhuran taman itu.
“Saya Raja Sennacherib, raja dunia, mengalirkan air ke lingkungan Niniveh,” demikian pernyataan yang tertulis pada salah satu prasasti. Dalley berpendapat, pemandangan Babylon dan Niniwe mendukung kesimpulannya bahwa dengan karakter wilayah sekitar Babylonia yang datar, mustahil untuk menyalurkan air ke taman gantung sebagaimana yang digambarkan dalam sumber klasik. Dalley berpendapat lain, terkait sumber klasik yang menyebutkan taman gantung dibangun oleh Raja Nebukadnezar. Berdasarkan kajiannya, setelah orang Suria menaklukkan Babylonia pada 689 SM, ibukota Suria, Niniveh, dilihat orang saat itu sebagai Babylonia baru. Pemahaman ini ditakutkan menimbulkan kebingungan.
Sementara pada riset sebelumnya disebutkan setelah raja Sennacherib menaklukkan Babylonia, ia kemudian mengubah nama seluruh gerbang Niniwe. Selain itu, Dalley yakin taman gantung itu kemungkinan sebenarnya telah digambarkan dalam relief istana Sennacherib di Niniveh. Pada relif itu digambarkan istana raja Sennacherib ditumbuhi pohon-pohon yang tertata rapi. Penelitian yang telah dilakukan bertahun-tahun itu bertujuan menemukan bukti kebun dan sistem saluran air serta kanal itu dibangun oleh Raja Sennacherib di Niniveh, bukan oleh Raja Nebukadnezar di Babylonia. “Untuk pertama kalinya, penelitian dapat menunjukkan bahwa Taman gantung itu benar-benar ada,” kata Dalley.
Sumber : VIVAnews

Machu Picchu Kota di Atas Awan
093209_thinkstockmacchupicchur
Selama era 1900-an, Machu Picchu menjadi sangat populer di kalangan wisatawan. Kota ini dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1983. Sebanyak 400.000 orang mengunjungi situs ini pada tahun 2003.
Namun, pemerintah Peru khawatir erosi secara perlahan akan merusak kota kuno ini. Para ilmuwan telah mempelajari gerakan tanah di daerah tersebut. Pada tahun 2001 mereka memperingatkan bahwa kemiringan lereng belakang situs ini tidak stabil. Lereng ini merosot ke bawah dengan kecepatan sekitar 1 cm per bulan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa suatu hari nanti Machu Picchu akan hancur karena tanah longsor.
machu-picchu-03-500
Machu Picchu bukan kota biasa. banyak teori bermunculan yang mendeskripsikan kota ini. Beberapa peneliti percaya Machu Picchu adalah makam ‘Pachacutec’, karena terdapat bangunan-bangunan yang dilapisi emas. Beberapa teori lain  berteori Machu Picchu adalah ‘lacta’ atau kota untuk mengontrol ekonomi daerah-daerah taklukan dan melindungi bangsawan Inca. Teori lain mengatakan bahwa Machu Picchu sebagai ‘vila’ para pembesar Inca, sekaligus sebagai tempat upacara pengamatan musim dan astrologi. Tersembunyi di balik bukit dan dikelilingi jurang-jurang curam menjadikan Machu Picchu terlindung dari dunia luar.
Faktanya, Machu Picchu ditinggalkan Inca ketika Spanyol memasuki daratan Amerika Selatan. Namun tidak jelas alasan mengapa bangsa Inca meninggalkan Machu Picchu ditengah kejayaannya. Dugaan para ahli, wabah cacarlah yang menyebabkan Machu Picchu ditinggalkan. Lebih dari 50% populasinya terbunuh akibat wabah itu pada tahun 1527. Pemerintahan Inca pun jatuh, perang bersudara bekecamuk. Ketika penakluk Spanyol, Pizzaro, tiba di Cuzco, ibukota bangsa Inca yang terletak hanya 112km dari Machu Picchu, pada tahun 1532, Machu Picchu sudah menjadi kota hantu di atas awan.
Sumber: LiveScience

Petra Kota Pahatan yang Menakjubkan
Petra By Night
Nama Petra sendiri adalah nama dari kota hilang hingga akhirnya dibesarkan kembali oleh seorang penjelajah, Ludwig Burckhardt, di abad ke-18. Sejak saat itulah kota yang berada di pertengahan gurun pasir ini menarik ribuan turis dari berbagai belahan dunia. Terletak di bagian selatan Jordan dekat Laut Mati adalah Petra, kota yang ditinggalkan karena gempa bumi yang merusak infrastruktur sistem perairan di kota tersebut.
Petra adalah bangunan arsitektur indah yang dipahat pada bebatuan pegunungan. Petra sudah dibangun pada 312 sebelum masehi di Ma’an Yordania, sekitar 2-3 jam perjalanan dari kota Amman, Yordania.  Petra dikelilingi oleh gunung, di sini ada gunung setinggi 1.350 meter dari permukaan laut. Inilah kawasan tertinggi  yang disebut Gunung Harun (Jabal Harun) atau Gunung Hor atau El-Barra
petra-amphitheater
Petra adalah sebuah tempat yang mengagumkan dimana gunung-gunung yang tandus dipahat dan dijadikan bangunan-bangunan  luar biasa. Bebatuan besar digali dan diukir dengan kerumitan tertinggi, membuat kita sangat sulit membayangkan bagaimana orang zaman dahulu bisa membangunnya. Petra juga terkenal dengan sistem pengairannya yang canggih.
Bangunan megah ini dibuat loeh suku Nabatean sebenarnya adalah suku pengembara. Mereka dikenal sebagai suku yang pintar.  Mereka membuat terowongan air dan bilik air yang menyalurkan air bersih ke kota. Mereka juga memiliki teknologi hidrolik untuk mengangkat air dari dalam tanah. Dengan cara tersebut setiap penduduk dijamin tidak kekurangan air meskipun tempat tinggal mereka tergolong tandus. Atas kecanggihannya itu , orang-orang Petra diberi gelar Master Teknologi Air.

Kota Emas El Dorado 

El Dorado kota megah yang dibangun dari bongkahan emas. Kota yang jauh tersembunyi dari lebatnya hutan di Amerika Selatan. Entah sebuah kenyataan atau hanya mitos belaka. Satu-satunya pijakan untuk mengungkap rahasia besar itu adalah legenda yang tersiar sejak lima ratus tahun lalu. Tentang suku Chibcha, sub suku Indian Amerika Selatan yang sangat memuja Dewa Matahari. Mitologi kuno mereka yang dilansir orang-orang Spanyol menyebutkan, bahwaEl Dorado 1 pemujaan ini berkaitan dengan sejumlah persembahan harta berharga seperti emas dan batu permata. Orang-orang Chibcha menganggap emas adalah anugerah dari Dewa Matahari dan selayaknya dipersembahkan kembali kepada sang Dewa.
Lalu kisah yang menyeruak dari mulut ke mulut menyebutkan, pemujaan tersebut membuat suku-suku Chibcha melebur emas sebagai perisai bagi bangunannya. Sehingga, kuil-kuil pemujaan mereka disebut dilapisi oleh lempeng emas. Namun, tak ada bukti yang tersisa dari perkiraan ini. Sebuah laporan bertahun 1962 menyebutkan, tentang penemuan spektakuler dua petani. Di suatu desa dekat Bogota (ibukota Colombia sekarang), mereka menemukan sebuah liang gua yang sangat kecil. Penasaran, kedua petani ini kemudian masuk ke dalamnya dan mereka menemukan emas. Emas temuan mereka ini berupa artefak berbentuk rakit miniatur dengan delapan pendayung dan seorang kepala suku yang terbuat dari emas.
Kedelapan pendayung ini duduk membelakangi sang kepala suku. Inilah salah satu bukti kuat tentang legenda El Dorado yang berhasil ditemukan. Namun, impian tentang emas yang melimpah di El Dorado, tak pernah ditemukan hingga kini. Walau Danau Guatavita tercantum di peta, deskripsinya itu tidak sesuai dengan perkamen kuno tentang danau suci Guatavita yang sesungguhnya. Konon, danau suci itu terdapat di antara pegunungan Andes, di dalam sebuah gua yang kini sudah tertutup di dekat Bogota. Seluruh upaya pencarian tidak membuahkan hasil. Terkadang misteri memang bukan untuk diungkap.
Sir Walter Raleight pernah menduga, El Dorado sebagai sebuah kota di tepian Danau Parima tak jauh dari Orinoco, Guyana (sekarang Venezuela). Dan beberapa penjelajah yang putus asa pernah berencana mengeringkan Danau Guatavita yang diduga menjadi kuburan harta karun suku Chibcha. Karena di tepian danau di wilayah Sesquile, Provinsi Almeidas itu pernah ditemukan sejumput hiasan emas dan batu zamrud. Namun, upaya itu tak pernah diwujudkan. Apakah harta karun itu terkubur di bawah lumpur danau? Demikianlah misteri, tidak pernah menemukan sebuah titik terang, meski bukti-bukti dan cerita-cerita berkembang, hingga turun-temurun.

Atlantis Kerajaan Tenggelam dengan Sejuta Misteri


Atlanatlantistis negeri dongeng yang menjadi kenyataan ? Awal mula dari jejak Atlantis sendiri muncul dari hasil karya Plato 2.500 tahun yang lalu, seorang filsuf Yunani kuno ternama. Plato mengisahkan sebuah peradaban yang berada dalam sebuah pulau tersendiri dengan kota modern dan sangat indah, tidak lain dan tidak bukan adalah Atlantis. Berawal dari sebuah cerita yang tidak diketahui kebenarannya, kota Atlantis hanya menjadi sebuah mitos dikalangan masyarakat. Namun setelah dilakukan penelitian selama beberapa dekade oleh Profesor Arysio Santos yang menyimpulkan bahwa dirinya meyakini benua Atlantis adalah Indonesia. “Profesor Santos memperoleh keyakinan setelah melakukan penelitian kalau Indonesia adalah Atlantis yang hilang,” jelas Jimly Asshiddiqie. Menurut Jimly, karya Santos yang kemudian dibukukan dengan judul ‘Atlantis, The Lost Continent Finally Found’ didukung sejumlah fakta yang memang mendekatkan Indonesia dengan Atlanti
Dalam bukunya Plato menyebutkan bahwa Atlantis adalah negara makmur yang bermandi matahari sepanjang waktu. Padahal zaman pada waktu itu adalah Zaman Es, dimana temperatur bumi secara menyeluruh adalah kira-kira 15 derajat Celcius lebih dingin dari sekarang. Lokasi yang bermandi sinar matahari pada waktu itu hanyalah Indonesia yang memang terletak di katulistiwa. Plato juga menyebutkan bahwa luas benua Atlantis yang hilang itu “….lebih besar dari Lybia (Afrika Utara) dan Asia Kecil digabung jadi satu…”. Luas ini persis sama dengan luas kawasan Indonesia ditambah dengan luas Laut China Selatan.

Sumber : badruttamamgaffas.blogspot.com

Angkor Wat Kerajaan di Balik Hutan

Kamboja tidak pernah terlepas dari bangunan megahnya yang bernama Angkor Wat, candi hindu yang pada masa perkembangannya berubah menjadi candi budha. Kota atau peradabannya hilang bukan karena bencana ataupun penjajahan, tapi karena ditinggalkan begitu saja oleh masyarakatnya, membuat kota dan ribuan kuilnya ‘mati’ di kedalaman hutan. Rancangan dan pembangunan candi dimulai pada paruh pertama abad ke-12 Masehi, pada masa pemerintahan Raja Suryavarman II (memerintah 1113 – sekitar 1150).
335_08070807
Karena sebelumnya prasasti yang menyebutkan pembangunannya belum ditemukan, maka nama asli candi ini tidak diketahui. Ditafsirkan candi ini mungkin disebut sebagai “Varah Vishnu-lok” yang berarti “Kawasan Suci Wishnu”, Bahasa Khmer Kuno serapan dari Sansekerta. Proyek pembangunan dihentikan segera setelah kematian raja, menyisakan beberapa bas-relief belumdiselesaikan. Pada 1177, kira-kira 27 tahun setelah kematian Suryavarman II, Angkor diserang oleh bangsa Champa, musuh tradisional bangsa Khmer. Kemudian kerajaan Khmer dipulihkan kembali oleh raja baru Jayawarman VII, yang mendirikan ibu kota baru di Angkor Thom candi kerajaan baru di Bayon, yang terletak beberapa kilometer di utara Angkor.
Menjadi pertanyaan sampai saat ini adalah dari mana dan bagaimana batu-batu besar yang menjadi bahan dasar bangunan Angkor Wat sampai di lokasi dan digunakan untuk membangun candi pada masa itu. Karena melihat letaknya, akses menuju lokasi bukanlah medan yang mudah untuk ditempuh. Namun studi terbaru yang dilakukan oleh peneliti asal Jepang Estuo Uchida dari Universita Waseda, Jepang, mengungkapkan bahwa batu-batu tersebut dapat sampai ke lokasi dengan menggunakan jaringan ratusan kanal. “Kami menemukan banyak tambang blok batu pasir yang digunakan untuk membangun Kuil Angkor dan juga rute transportasi dari blok batu pasir tersebut,” ungkap Uchida. Dengan menggunakan akses jaringan kanal, jarak antara tambang dengan situs hanya sekitar 37 kilometer, lebih dekat dibanding jarak melalui jalur sungai sepanjang 90 kilometer. Grid kanal ini menunjukkan bahwa para nenek moyang mengambil jalan pintas ketika membangun candi. Mungkin inilah jawaban mengapa para leluhur dapat membangun sebuah kompleks yang megah hanya dalam beberapa dekade saja. Konon, pembangunan kuil Angkor Wat memakan waktu selama 30 tahun.
Sumber : nationalgeographic.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar