GUNUNG LAWU
1. Gunung kelima tertinggi di Pulau Jawa itu merupakan peristirahatan terakhir raja Majapahit penghabisan yakni Prabu Brawijaya V. Namun anehnya tak satupun ditemukan jasad sang prabu. Dia disinyalir menghilang bersama raganya alias moksa. Sang prabu ditemani abdi dalemnya yang setia yakni Kyai Jalak. Sama seperti tuannya, Kyai Jalak juga bermoksa dan menjelma menjadi burung Jalak sesuai namanya. Namun Jalak jelmaan kyai bukan berwarna hitam melainkan gading. Tak semua pendaki bisa bertemu dengan Jalak ini.
2. Kyai Jalak yang menjelma sebagai jalak gading ini dipercaya memberikan petunjuk bagi pendaki untuk sampai ke puncak. Namun bagi pendaki yang dikehendaki oleh Jalak Lawu ini. Sebaliknya, jika pendaki itu tak memiliki hati bersih, Jalak Lawu tidak akan muncul. Pendaki biasanya tidak akan sampai puncak sebab tak memiliki restu dari Kyai Jalak.
3. Gunung Lawu seolah memiliki nyawa yang bisa mendengar setiap kata-katamu. Apa pun yang kamu keluhkan biasanya terwujud. Jika kamu mengatakan kelelahan mendaki Lawu, kamu benar-benar dibuat lelah. Jika kamu mengatakan sangat dingin, kamu bisa dibikin kedinginan abis. Hiiii, merinding.
4. Munculnya pasar setan. Pasar ini tak terlihat dengan mata biasa namun terdengar keramaian. Hanya orang-orang tertentu yang bisa mendengarnya. Jika kamu mendengar suara 'arep tuku apa mas/mbak?' (mau beli apa mas/mbak), sebaiknya kamu membuang uangmu, berapa pun nilainya. Lalu petiklah daun seperti sedang berbelanja. Jika ini tak dilakukan, konon kamu bakal menghadapi masalah di Lawu. Aduh! Seram banget sih!
5. Kupu-kupu hitam dengan bulatan biru di sayapnya. Kalau kamu melihat kupu-kupu ini pertanda kamu diterima baik di gunung tersebut. Bahkan beberapa orang mempercayai ketemu berkah setelah pulang mendaki. Namun jangan sampai menangkap, mengusir, mengganggu, bahkan membunuh si kupu-kupu, ya. Penunggu Lawu bisa murka sama kamu!
6. Pantangan lain yakni dilarang memakai busana berwarna hijau daun. Hijau merupakan busana ratu Pantai Selatan yakni Nyi Roro Kidul yang tak sembarangan dipakai di Jawa. Selain itu, jangan pernah mendaki Gunung Lawu dengan rombongan berjumlah ganjil. Hal ini bisa mendatangkan kesialan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar