Rabu, 04 November 2015

Lumba -Lumba - Mencari Lumba-Lumba di Benua Bawah


OLEH PENULIS SEDARLAH! DI SELANDIA BARU

SATU-SATUNYA binatang yang mencintai manusia tanpa mengharapkan imbalan,” tulis seorang penulis esai Yunani bernama Plutarkh. Binatang apa yang ia maksudkan? Tidak lain adalah lumba-lumba, mamalia yang berkerabat dekat dengan ikan paus.

Menurut The World Book Encyclopedia, ”banyak ilmuwan percaya bahwa lumba-lumba termasuk binatang yang paling cerdas, seperti halnya simpanse dan anjing”. Namun, seperti yang dikatakan Plutarkh, lumba-lumba tertarik kepada manusia bukan hanya supaya diberi makan. Sebaliknya, kebanyakan lumba-lumba tampaknya menikmati kehadiran kita. ”Meskipun lumba-lumba mungkin tidak butuh manusia,” tulis buku Mysteries of the Deep, ”ia penuh rasa ingin tahu dan kemungkinan besar senang memperhatikan tingkah kita yang jenaka sebagaimana kita juga senang memperhatikan kejenakaan mereka.” Dari 32 spesies lumba-lumba laut, 4 spesies hidup di Selandia Baru: lumba-lumba biasa, lumba-lumba hidung-botol, lumba-lumba kehitaman, dan lumba-lumba terkecil di dunia—lumba-lumba Hector.*

Lumba-lumba banyak terdapat di Bay of Islands, daerah pesisir yang indah di Selandia Baru. Kami berminat mengunjunginya, maka kami naik kapal dari kota Russell. Pemandu kami memberi tahu bahwa selain lumba-lumba hidung-botol dan lumba-lumba biasa, kami mungkin akan melihat ikan paus pembunuh dan ikan paus pilot—semuanya masih berkerabat dengan lumba-lumba. Ia mengatakan bahwa untuk menemukan mereka, kita harus memperhatikan semburan dari lubang penyemprot mereka atau sirip punggung mereka. ”Kadang-kadang,” katanya, ”merekalah yang terlebih dahulu menemukan kita!”

Berenang bersama Lumba-Lumba
Tak lama kemudian, bayangan gelap dan besar dari lumba-lumba hidung-botol—sampai 4 meter panjangnya—muncul di hadapan kami, sirip punggung mereka membelah ombak dengan mudahnya. Sewaktu bermain-main, mereka menunggangi gelombang dari haluan kapal. Kapal berhenti, lalu saya dan si pemandu dengan hati-hati turun ke perairan hijau yang dalam sementara lumba-lumba liar itu membiarkan kami berenang bersama mereka.
Karena ada begitu banyak sirip punggung yang terlihat di sekeliling saya dan saya tidak yakin mana yang harus dilihat terlebih dahulu, saya menarik napas panjang dan terkesima melihat sosok abu-abu yang bergerak di bawah saya. Seekor lumba-lumba muncul dari kedalaman untuk mengamat-amati saya lalu berguling sedikit, memamerkan bagian bawah perutnya yang berwarna putih. Meskipun kawanan lumba-lumba ini menjaga jarak dari kami, siulan sonar mereka terdengar jelas. Tampaknya mereka tidak terkesan dengan upaya saya untuk meniru suaranya karena kawanan lumba-lumba ini pergi tetapi muncul kembali dan terus berputar mengelilingi saya.

Menangkap Ikan sambil Bermain
Sekembalinya kami ke kapal, kami membuntuti lumba-lumba itu ke sebuah teluk tertutup. Di sana, kami melihat sekawanan lumba-lumba yang tak terhitung banyaknya—melompat-lompat sambil mencipratkan air ke mana-mana! Sebenarnya, mereka sedang menangkap ikan. Makanan utama mereka adalah cumi-cumi, ikan, dan udang. Bahkan, kami mengamati apa yang tampak seperti kursus menangkap ikan. Induk lumba-lumba tampaknya mengejutkan seekor ikan kecil dengan sonarnya, dan si bayi tampak berupaya menangkap ikan ini dengan kibasan ekornya. Kelihatannya, si bayi masih perlu lebih banyak belajar!
Lumba-lumba menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain dan bersosialisasi. Seekor lumba-lumba meluncur, dengan bangga memamerkan beberapa rumput laut di sirip punggungnya. Pemandu kami menjelaskan bahwa rumput laut adalah mainan favorit lumba-lumba. Mereka akan menaruh rumput laut itu di sirip atau moncong dan terus bermain-main dengannya. Setelah yang seekor selesai bermain, yang lain akan mengambilnya dan mendapat giliran untuk bermain-main dengan rumput laut itu.

’Gambar dari Suara’
Untuk ”melihat” lebih saksama lingkungan mereka di bawah laut, lumba-lumba menggunakan sistem echolocation, atau sonar, yang beroperasi pada frekuensi yang sama dengan pemindaian ultrasonik. Lumba-lumba mengirimkan suara kliknya, dan ”gambar” yang mereka terima memungkinkan mereka untuk menentukan lokasi makanan dan objek lain yang menarik—termasuk kita. Lumba-lumba saling berkomunikasi dengan siulan bernada tinggi—yang dipancarkan pada frekuensi sepuluh kali lebih tinggi dan empat setengah kali lebih cepat daripada ucapan manusia. Lumba-lumba tidak menggunakan bahasa seperti yang kita kenal, tetapi tampaknya mereka menciptakan ’gambar dari suara’.
Jelaslah, masih ada banyak hal yang dapat dipelajari mengenai lumba-lumba. Barangkali suatu hari kita akan memahami mereka sepenuhnya—cara mereka berpikir dan apa yang mereka pikirkan tentang kita. Dengan perasaan takjub dan sayang terhadap lumba-lumba, kami meninggalkan teluk yang indah dan terpencil ini, dengan tebing-tebingnya yang berkabut dan pantainya yang berpasir putih. Sekarang kami lebih menghargai binatang ini dan semakin kagum akan Pencipta mereka.

[Catatan Kaki]
Spesies lain yang mengunjungi Selandia Baru adalah lumba-lumba Cruciger dan lumba-lumba Peron yang tidak bersirip.

Membesarkan Bayi
Lumba-lumba adalah mamalia, bukan ikan. Oleh karena itu, seekor induk lumba-lumba menyusui bayinya. Selama tiga tahun menyusui bayinya, sang induk akan mengajar bayinya cara bertahan hidup. Misalnya, ia akan mengajarkan cara menggunakan sistem echolocation, atau sonar, dan juga ”karakter” unik yang mengakhiri setiap ”kalimat”. Ia juga akan mengajari si bayi cara menangkap ikan, kawin, dan berinteraksi dengan lumba-lumba lain.
Seekor bayi lumba-lumba terlipat setengah badan dalam rahim induknya dan lahir dengan ekor keluar terlebih dahulu. Garis vertikal terlihat di tubuh bayi yang baru lahir, yang memperlihatkan di bagian mana ia terlipat di rahim. Si bayi akan menyusu sambil berenang di samping induknya dengan memanfaatkan efek hidrodinamika sang induk yang sedang berenang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar